Kairo, Dosen Prodi PAI Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (FAI UMM) Nafik Muthohirin, MA.Hum menghadiri undangan Grand Mufti Mesir melalui kerjasama antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Darul Iftaa Mesir dalam acara Konferensi Internasional bertajuk Relegious Extremism: The Intellectual Premises and Counter-Strategies di Kairo (7-9/6).
Acara ini bertujuan untuk mengampanyekan pentingnya perdamaian global dan memupus pemikiran dan gerakan ekstremisme kekerasan berbasiskan agama.
Kehadiran Nafik di acara tersebut sejalan dengan visi dan misi FAI UMM yang berkeinginan menjadi fakultas yang berperingkat internasional. Salah satu bentuknya adalah memperbanyak keterlibatan dosen dan mahasiswa dalam berbagai kegiatan dan kerjasama internasional.
Dekan FAI UMM Dr. Khozin, M.Si merespons positif keterlibatan Nafik pada kegiatan ilmiah tersebut. “Alhamdulillah, dua dosen kita Pak Pradana Boy dan Pak Nafik ada kegiatan masing-masing di Maroko dan di Mesir. Semoga dapat menambah poin untuk memenuhi Visi FAI 2030. Selain itu, ini penting untuk membangun jaringan,” kata Dr. Khozin.
Sementara itu, bagi Nafik sendiri. Kehadirannya di konferensi tersebut memiliki faedah yang besar. Sebab, pria asal Lamongan itu memang telah memiliki perhatian yang besar terhadap berbagai diskursus tentang pembangunan perdamaian agama-agama, ekstremisme, dan multicultural, baik dalam perspektif pemikiran maupun pendidikan Islam.
“Tentu saya senang bisa menjadi bagian dalam konsorsium global yang membincangkan strategi-strategi pencegahan ideologi ekstremisme. Saya melihat pendidikan sebagai faktor penting untuk memoderasi pemikiran masyarakat agar tidak terpapar ideologi terorisme dan ekstremisme,” kata dosen yang mengampu mata kuliah studi pemikiran Islam kontemporer tersebut.
Penting diketahui bahwa kegiatan ini dihadiri perwakilan dari 42 negara yang mencakup Maroko, Turki, Lebanon, Spanyol, Singapura, Inggris, Amerika Serikat, Italia, Irak, Palestina, Kazakstan, Uzbekistan, dan lainnya.
Selain para mufti atau ulama dari setiap negara, sejumlah pemimpin negara dan peneliti yang memiliki perhatian terhadap persoalan ekstremisme juga diundang. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk saling bersinergi dan merumuskan kembali strategi-strategi baru dalam menghadapi ancaman terorisme dan ekstremisme.
Dalam pidatonya, Grand Mufti Mesir Prof. Dr. Shawki Ibrahim Allam mengatakan, ancaman terorisme dan ekstremisme belum akan selesai. Kelompok ekstremis telah bertransformasi menggunakan berbagai strategi propaganda, perekrutan dan penyerangan melalui internet.
“Kita perlu menyebut bahwa terorisme adalah musuh semua agama dan bangsa. Para akademisi dan ulama harus berkumpul merumuskan strategi yang baru dalam rangka memerangi mereka,” terangnya.