Seri Disukusi HSP: Muhammadiyah Sebagai Kajian Akademik

Sabtu, 18 Juni 2022 07:51 WIB

Sabtu, 18 Juni 2022. HSP atau sering disebut (Halaqah Ilmiah Sabtu Pagi) ini merupakan kali kedua digelar dengan mengusung tema “Muhammadiyah sebagai kajian akademik”. Sedangkan hadir sebagai pemateri adalah bapak Dr. Faridi, M.Si dan dimoderatori oleh bapak Nafik Muthohirin, M.A. Hum. Kajian HSP ini digelar secara luring dan dihadiri oleh seluruh Dosen dan Staf di lingkungan Fakultas Agama Islam UMM di aula FAI GKB 3 Lantai VI.

Dalam kesempatan pembicara menyajikan materi dengan judul makalah “Gerakan Muhammadiyah dalam perspektif teoritik”. Bahwa sebelum Muhammadiyah berdiri, umat Islam (di Nusantara) tidak mengenal dan tidak memiliki tradisi kemajuan, kemajuan bukan milik umat Islam, melainkan milik penjajah, priyayi pro penjajah, orang Tionghoa, dan orang Batak.

KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagaimana surat yang ditujukan kepada Kolonial Belanda tgl 22 Agustus 1914 bertujuan: Pertama, menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad kepada penduduk bumiputra dalam residen Yogyakarta. Kedua, memajukan agama Islam kepada anggota-anggotanya. Dari frasa inilah diketahui bahwa Ahmad Dahlan merupakan pencetus pertama ideologi Islam yang berkemajuan/rasional.

Gerakan Muhammadiyah juga didasarkan pada surat al-Ashr. Dari surat tersebut diperoleh empat pilar utama dalam membangun peradaban berkemajuan (amanu, amilus shalihah, watawashaubil haq, watawashau bil shabr).

Menurut pemateri yang juga menjabat sebagai kepala Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) menyampaikan bahwa dalam melihat gerakan Muhammadiyah dalam perspektif teoritik bisa dilihat dari empat hal. Pertama adalah proses, yaitu serangkaian langkah-langkah di luar kebiasaan (Amanu: pemurnian Tauhid, beraktivitas yang rasional, serta menempatkan makhluk  sebatas hambaNya).

Kedua adalah metode, yaitu cara meningkatkan kemampuan masyarakat (Watawashaubil haq: ipteks, mempertanyakan kebenaran/fenomena secara ilmiah). Ketiga adalah program, yaitu program yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat (Watawa shaubil shabr: kesabaran simbol akhlak tertinggi, peradaban dibangun di atas moraritas kemanusiaan. Dan keempat adalah gerakan, yaitu pengembangan masyarakat dengan filosofi tertentu (Amilus shalihah: kerja keras,  pengakuan  sesama, ridho dari Allah).

Terakhir, beliau juga menyampaikan bahwa Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah adalah Islam yang menyemaikan benih-benih kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, keutamaan hidup bagi seluruh umat manusia. Islam yang   mampu  melahirkan keunggulan hidup lahiriyah batiniyah sebagaimana tergambar dalam QS. Ali Imran (3):110. (Amien Abdullah, 2019). (sz)

Shared: