Kepemimpinan Moderat

Senin, 13 November 2017 12:41 WIB

FAI-UMM- “al-jami'atu la yanamu Abadan”, begitulah kiranya ungkapan arab yang menyatakan bahwa kampus, harus terus 'hidup' dengan berbagai kegiatan. “jika tidak, maka ya akan seperti kuburan", ujar Prof. H. A. Malik Fadjar dalam suatu kesempatan. Sabtu, 11 November 2017, bertepatan dengan acara Athfal Competition Nasional 2017, Fakultas Agama Islam (FAI) kehadiran tamu dari Makkah al-Mukarromah, Dr. Muhammad Ibrahim Kazem -dosen Universitas Umm al-Qura', Makkah sekaligus Kepala Kantor urusan Haji asia Selatan. dalam pemaparannya, beliau menyatakan bahwa Islam di Indonesia adalah yang terbesar di dunia, sunggupun demikian; “potensi yang besar selalu berbanding lurus dengan tugas berat yang harus di emban”, ungkap pakar kepemipinan di Universitas Umm Al-Qura’, Makkah ini.

Selain itu, beliau menyatakan bahwa ummat Islam adalah ‘ummatan washatan (pertengahan)’; makna washatan (pertengahan) disini bukan tengah antara dua sisi (kanan dan kiri), melainkan adalah yang tertinggi; sebagaimana rasulullah saw bersabda “washata al-jannah, a’laha” sisi paling tengah di surge, adalah tempat yang paling atas. Maka demikian, penting bagi ummat muslim untuk menjadi pelopor dan pemimpin dalam segala bidang.

Terkait dengan hal ini, beliau lantas menjelaskan bahwa memimpin harus dibekali dengan dua sifat utama, sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an (QS. Al-Anbiya’) menyatakan, “wahai ayahku, pekerjakan olehmu orang yang kuat lagi terpercaya (al-qowiyu al-amin)”. Maka dari itu, dua sifat kunci yang harus dimiliki dalam kepemimpinan adalah: kuat dan terpercaya. Kuat diartikan dengan an-nafs al-mutamakkin bi ilmihi’ (yang kompeten di bidangnya), sedangkan ‘amin’ di artikan dengan kerja ikhlas, terhindar dari sifat khianat, pamrih dan lain sebagainya. Menyinggung perihal ini, beliau lantas menjelasakan bahwa kepemimpinan dapat di lihat dari tiga faktor penting: yakni quwwatul mausim (kekuatan jabatan), quwwatu as-syakhsiyyah (kekuatan kepribadian) dan quwwatu al-‘ilm (kekuatan ilmu); akan tetapi kekuatan terpenting adalah kekuatan ilmu. Sebab dengan kekuatan ilmu, dua kekuatan lain pasti akan dicapai, sementara jika hanya bertumpu kepada kekuatan jabatan dan kepribadian, maka akan tidak berarti apa-apa.

Selain tiga faktor diatas, dua hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu; sabar dan memiliki visi kedepan –yang menembus kenyataaan, dan apa yang akan terjadi 10-20 tahun ke depan. Hal ini sudah di contohkan oleh Rasulullah Saw. Ketika beliau bertanya kepada salah seorang sahabat, perihal ‘keterakhirannya dalam masuk Islam’. Terakhir, beliau menyatakan bahwa penting kiranya untuk tidak melakukan ‘takfir’ dan mengkotak-kotakkan antar golongan sesama muslim. Sebab rasulullah saw pernah ‘barangsiapa telah mengucapka kata “Lailaha Illa Allah, wa Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah,maka diharamkan atasnya: darahnya, hartanya dan keturunannya (untuk di bunuh)” [RH]

Shared: