Hasnan Bachtiar: Dosen Berprestasi Tingkat Fakultas, Bercita-cita Ingin Menjadi Guru Sekolah Dasar

Senin, 08 Juni 2020 10:55 WIB

 

Berdasarkan SK Rektor No 118.b/SK-DP/III/2020 ditetapkan 4 dosen Fakultas Agama Islam, menjadi dosen berprestasi tingkat fakultas, yaitu Peringkat 1, Hasnan Bachtiar,MIMWAdv (Prodi Hukum Keluarga Islam), 2. Dr. Umiarso (Prodi Pendidikan Agama Islam), 3. Ahmad Fatoni, M.Ag (Prodi Pendidikan Bahasa Arab), dan 4. Dr. Rahmad Hakim (Prodi Ekonomi Syariah). Dalam kesempatan ini, kami mewawancara Pak Hasnan terkait hal-hal yang mendorongnya menjadi dosen berprestasi tingkat fakultas.

 

1. Bagaimana Perasaannya terpilih menjadi dosen prestasi 1  tingkat fakultas?

Alhamdulillah. Saya bersyukur kepada Allah. Saya tidak pernah menduga sebelumnya

2. Bagaimana proses mengajar di kelas? Mata Kuliah apa yg diajarkan dan bagaimana metode pembelajarannya?

Dalam mengajar, saya menerapkan metode “Blended Learning Berbasis Critical Thinking” (BLBCT). Metode pembelajaran ini diterapkan pada matakuliah “Teori Hukum Islam Kontemporer.” Metode pembelajaran ini diimplementasikan dalam rangka membangun empat bidang utama, yakni paradigma (hukum progresif dan keindonesiaan), intelektualisme, sikap dan karya.

Sementara itu, proses pembelajaran di kelas dibagi menjadi dua tahapan, yakni: Focus Group Discussion (FGD) dan Panel Discussion. Interaksi intensif terjadi pada proses FGD, sementara Panel Discussion adalah sarana untuk debat akademik terbuka di dalam kelas. Kedua proses ini sangat efektif dalam rangka mengevaluasi secara kritis teori-teori kunci yang diajarkan, thesis statement yang diajukan, argumentasi yang dibangun (yang menyokong thesis), evidence yang digunakan (untuk membangun argumentasi).

3. Bagaimana bentuk pengabdian masyarakat yang telah atau sedang berjalan?

Pengabdian yang selama ini dilakukan adalah, membuat kelompok-kelompok diskusi sistemik yang saling berkaitan satu sama lain dalam rangka membangun kapasitas dan kapabilitas intelektual mahasiswa. Kelompok yang dimaksud adalah Akademos. Melalui kelompok ini, terdapat dua puluh mahasiswa UMM dari berbagai jurusan. Kami “belajar bersama” dan “saling berbagi” pengetahuan dan pengalaman mengenai (1) bidang kajian yang kami miliki, (2) semangat berkarya, (3) penguasaan bahasa asing, (4) aplikasi beasiswa. Melalui berbagai kegiatan Akademos, kami berhasil mengantarkan semua anggotanya meraih penghargaan internasional (international recognition), karena memenangkan berbagai beasiswa bergengsi di seluruh dunia, terutama di Eropa, Amerika, Australia dan Asia

Yang kedua, kami merupakan salah seorang pendiri dan anggota organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah “Around the World.” Organisasi ini penting sekali, dalam rangka memperkuat dan memperluas jaringan aktivis-intelektual Muhammadiyah yang tersebar di berbagai universitas terbaik di seluruh dunia. Melalui organisasi ini kami saling berbagi informasi, pengetahuan dan pengalaman, serta bahu-membahu memberikan kontribusi akademik yang bermanfaat bagi dunia global. Sementara itu, yang ketiga, kami menjadi mentor alumni HKI untuk kuliah ke luar negeri. Sebagai mentor, kami bersedia berbagi berbagai hal mengenai memenangkan beasiswa ke luar negeri. Saat ini, tercatat terdapat empat alumni HKI yang pernah dan sedang kuliah di the Australian National University (ANU), Australia.

4. Apa kepakaran yang Anda miliki, dan bagaimana kegiatan penelitiannya?

Saya tertarik mendalami syariah di ruang publik, hukum perang dan hubungan internasional dalam tradisi Islam (Siyar) dan filsafat hukum. Sebagian besar karya-karya akademik yang dihasilkan, selalu berkaitan dengan tema tersebut. Karya-karya tersebut, beberapa sudah dipublikasikan di berbagai jurnal internasional bereputasi (Scopus Q1) dan juga jurnal nasional bereputasi (Sinta 1 dan Sinta 2). Saya masih berhasrat menerbitkan karya-karya terbaik di jurnal internasional terindeks Web of Science (WoS), indeksasi jurnal ilmiah tertinggi.

Saat ini, saya menjadi asisten peneliti untuk program penelitian yang didukung oleh European University Institute (EUI) Florence, Italia. Sementara, program penelitian di mana saya menjadi peneliti utama (principal investigator)  didukung oleh The Middle East Institute (MEI), National University of Singapore dan juga program lain yang didukung oleh LaTrobe University, Australia.

5. Bagaiman tips dan trik agar aktif menulis, baik dalam bentuk artikel maupun jurnal ilmiah?

Saya hanya memiliki sedikit waktu untuk menulis. Mungkin hanya satu sampai dua jam setiap harinya. Sementara untuk membaca buku, saya minimal menghabiskan waktu 12 jam setiap harinya. Jadi, saya sewaktu belajar di ANU, saya ditraining 12+1. Artinya 12 jam membaca, satu jam menulis. Semuanya saya lakukan secara rutin dan disiplin. Apa yang saya lakukan ini merupakan tips rahasia.

6. Bagaimana bentuk kontribusi Anda terhadap Persyarikatan Muhammadiyah?

Saat di Australia, saya mendirikan dan menjadi ketua pertama Pimpinan Cabang Istimewa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Australia dan Oceania. Sepulangnya ke tanah air, saya terpilih sebagai salah seorang Presidium Nasional Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah. Di jaringan inilah kami bersama-sama para aktivis lainnya memperjuangkan nilai-nilai Islam Berkemajuan ke dalam berbagai bidang kehidupan, terutama politik, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Di UMM, kami terlibat dalam berbagai kegiatan Cendekiawan Muda Muhammadiyah, sayap intelektual Muhammadiyah yang lahir di Malang.

Saya juga terhitung sebagai kolumnis Suara Muhammadiyah, khususnya kolom “dunia Islam.” Di samping itu, saya adalah bagian dari dewan redaksi IBTimes.ID website wacana keislaman yang memperjuangkan Islam Berkemajuan, yang dikelola oleh para aktivis muda Muhammadiyah. Sementara itu dalam konteks struktural Muhammadiyah, saya bersama dengan kolega, Dr Ahmad Najib Burhani, menerjemahkan berbagai naskah resmi persyarikatan ke dalam bahasa Inggris, sebagai salah satu bagian dari program internasionalisasi Muhammadiyah.

7. Selama masa pandemic covid-19, bagaimana cara Anda menjaga produktivitas?

Sebenarnya, tidak ada kiat khusus untuk menjaga stamina akademik dan produktivitas. Saya hanya merasa bahwa, tugas seorang sarjana di samping mengajar di kampus, adalah membaca dan menulis (meneliti dan menerbitkan karya). Dalam setiap tahun, target saya adalah menyelesaikan satu naskah buku (modul/buku ajar), dua naskah artikel jurnal (internasional/nasional), satu book chapter, dan satu artikel Op-Ed (untuk media massa online atau cetak) setiap bulannya.

Selama pandemik berlangsung, ada banyak kegiatan yang dilakukan. Terutama mempersiapkan bahan untuk mengajar daring, menulis untuk media massa, mengedit jurnal, mengerjakan proyek penelitian dan mempersiapkan dua buku, yang insya Allah akan lahir di awal tahun 2021.

8. Ketika menjadi mahasiswa, apakah pernah terpikir untuk menjadi dosen, apalagi menjadi dosen berprestasi seperti saat ini?

Saat saya menjadi mahasiswa, saya tidak pernah berpikir menjadi dosen. Cita-cita saya adalah menjadi guru di sekolah dasar. Dan mimpi tertinggi saya adalah mengajar di kelas rendah (kelas satu atau kelas dua). Saya pikir menjadi guru adalah tugas yang paling mulia. Tanpa guru, tidak akan pernah ada dosen atau profesor. Tetapi mungkin takdir Allah berkata lain. Saya harus menekuni bidang kesarjanaan dan pembangunan ilmu pengetahuan. Bagi saya, itulah yang terbaik. Semua yang Allah berikan, hanya perlu diterima dengan penuh syukur. (FMM)

Shared: