Pada hari Senin, 25 November 2024, telah diselenggarakan kegiatan Diseminasi Hasil Riset bertajuk "Dimensi Ideologi dan Kepemimpinan dalam Penguatan dan Pelembagaan Moderasi Beragama di Muhammadiyah". Acara ini diadakan oleh Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Mini Hall GKB IV Lantai 4 UMM. Kegiatan ini dihadiri oleh dosen, guru agama, mahasiswa, serta praktisi di bidang keagamaan.
Acara dibuka dengan sambutan Bapak Rektor UMM Prof. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si dan dilanjutkan oleh Bapak Dr. Mohammad Kamaluddin, M.Si. Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam (Kaprodi PAI) UMM. Dalam sambutannya, beliau mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Agama Islam UMM, para pendidik, serta mahasiswa PAI angkatan 2021-2022 atas partisipasi mereka. Beliau juga menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai bagian integral dari kehidupan keagamaan, khususnya dalam konteks Muhammadiyah.
Sambutan kedua disampaikan oleh Prof. Dr. Khozin, M.Si., Dekan Fakultas Agama Islam UMM. Dalam kesempatan ini, beliau menggarisbawahi bahwa Muhammadiyah berupaya menjaga identitasnya di tengah berbagai tantangan, termasuk arus kristenisasi, sekaligus menegaskan bahwa gerakan ini bukanlah bagian dari Wahabisme.
Pembicara utama dalam kegiatan ini adalah Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si., Guru Besar Sosiologi Agama di UMM, yang memaparkan tema "Dimensi Kepemimpinan dan Ideologi dalam Penguatan dan Pelembagaan Moderasi Beragama di Muhammadiyah." Dalam paparannya, Prof. Syamsul menjelaskan ketertarikan peneliti terhadap kebijakan Kementerian Agama mengenai moderasi beragama sebagai landasan untuk memahami teks (Al-Qur'an) dan konteks (keragaman masyarakat).Ia juga menguraikan dua dimensi utama yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu ideologi dan kepemimpinan. Muhammadiyah, menurut beliau, adalah gerakan Islam moderat yang memiliki ciri kepemimpinan visioner, terutama di bawah Haedar Nashir. Kepemimpinan ini berhasil merekonstruksi ideologi Muhammadiyah secara sistematis dan berkelanjutan.
Pembicara kedua, Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag., Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam dari Kementerian Agama Republik Indonesia, memberikan perspektif tambahan mengenai moderasi beragama. Beliau menekankan bahwa istilah moderasi beragama memiliki akar dalam tradisi intelektual Muhammadiyah, namun perlu digunakan dengan bijaksana agar tidak menjadi alat untuk memarginalisasi kelompok lain.
Dalam sesi diskusi, Prof. Ahmad menyampaikan perlunya pergeseran fokus dari perdebatan metafisika menuju ranah etika, sehingga tercipta dialog yang konstruktif dan inklusif antar kelompok masyarakat.
Kegiatan ini diharapkan memberikan wawasan baru bagi para peserta mengenai pentingnya nilai-nilai moderasi beragama, sekaligus memperkuat pemahaman tentang peran kepemimpinan moderat dalam menjaga harmoni keagamaan di Indonesia. Melalui diseminasi ini, nilai-nilai moderasi diharapkan dapat lebih mengakar di dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam konteks Muhammadiyah.