Sabtu, 27 November 2021. Seri diskusi HSP (Halaqah Ilmiah Sabtu Pagi) kali ini mengangkat tema Isyarat-Isyarat Ilmiah dalam Al-Qur’an yang disampaikan oleh Bapak Pradana Boy ZTF, Ph.D selaku pemateri dan dimoderatori oleh Ibu Dr. Dina Mardiana, M. Pd. I. . Tak lupa tradisi di HSP sebelum pemateri menyampaikan materinya diawali dengan kajian iftitah terlebih dahulu yang dibawakan oleh Ibu I’anatut Thoifah, M.Pd.I.
Pradana Boy menjelaskan tema ini tidak lain membicarakan tentang al-Quran dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Mudah-mudahan dengan mengkaji tema ini bisa menambah keyakinan kita terhadap Islam kemudian juga menambah kekaguman dan kecintaan kita pada al-Qur'an yang sekaligus membuktikan kepada dunia dalam konteks yang lebih luas bahwa agama Islam tidak seperti yang dipersepsikan oleh kebanyakan, katakanlah kebanyakan masyarakat non- Muslim, utamanya, di Barat.
Istilah isyarat-isyarat sengaja dipilih, menurut pemateri Karena sesungguhnya kalau kita mau menemukan formulasi- formulasi saintifik dalam arti sains modern yang rinci dengan segala macam prosedurnya, ya tentukan nggak ketemu di dalam al-Quran. Karena itu, lalu pemateri mengistilahkannya dengan isyarat. Karena isyarat, maka memerlukan tindakan lanjutan. Karena kalau orang itu diberi isyarat ya tergantung. kalau yang diberi isyarat itu paham ya lalu dijalankan. Tapi kalau yang diberi isyarat itu enggak faham ya nggak ada maknanya isyarat itu.
Pemateri kemudian memberikan perumpamaan gambaran berupa ayat. Ayat Qauliyah dengan ayat Kauniyah. secara umum para ulama membagi atau membuat kategori ayat al-Qur'an itu menjadi ayat-ayat atau tanda kebesaran yaitu menjadi dua, yaitu ada ayat "qauliyah" itu tadi yang tertulis. Kemudian ayat kauniyah yaitu ayat-ayat Tuhan yang terhampar. Kalau saya menyebutnya ya qauliyah itu al-Qur'an, yang tertulis. Kauniah itu yang tidak tertulis atau alam semesta dan saya sering membahasakannya dengan yang tertulis dan yang terhampar. Kalau yang tertulis ini membacanya bisa kita selesaikan. Tetapi men-tadabburi-nya tidak pernah selesai. Apalagi kalau mentadabburi ayat qauliyah itu digabungkan dengan ayat kauniah pasti tidak selesai-selesai.
Sebagai contoh, beliau memberikan gambaran isyarat ilmiah dalam al-qur'an, mulai dari bagaimana Semut itu diciptakan, bagaimana cerita ashabul kahfi yang bisa hidup lebih dari ratusan tahun. Bagaimana perilaku kaum sodom. Semua kejadian yang terdapat dalam al-qur'an tidak lain adalah pintu masuk untuk melahirkan teori-teori dalam ilmu Pengetahuan.
Karena itu lalu muncul cara ulama untuk memahami ayat-ayat al-Quran itu dengan segala macam teori dan segala macam pendekatan. Di sini pemateri memberikan tiga contoh model tentang bagaimana para ulama itu melakukan penafsiran terhadap al-Quran dengan melihat tiga kategori oleh tiga penulis atau tiga ulama. Pertama adalah sebuah Kitab yang ditulis oleh Ali Akbar Baba'i, judulnya adalah "Madaarisut Tafsir al-Islami." Kedua, adalah al-madrasah al-baatiniah. Artinya orientasi tafsir yang lebih kepada dimensi-dimensi esoterik dalam al-Quran. Itu para sufi, para ahli batin. Kemudian al-madrasah al-Ijtihadiyah. Jadi aliran-aliran yang rasional.
Terakhir, sebelum pemateri mengakhiri penyampaiannya. Beliau menyampaikan refleksi intelektual mengenai materi ini. Pertama, dalam bidang ilmu Agama, pastilah paradigma al-Qur'an Kuntowijoyo yang berlaku. Kedua, dalam bidang ilmu kemanusiaan yang berkaitan erat dengan ilmu agama?. Ketiga, Bagaimana mewujudkan isyarat ilmiah al-Qur'an dalam perumusan teori ilmiah?
Tak lupa setelah pemateri menyampaikan materinya dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan para hadirin yang hadir secara luring terbatas. Perlu diketahui HSP ini selain diselenggarakan secara luring juga disediakan secara daring yang disiarkan secara live di channel Youtube FAI UMM. (ST).