Sabtu, 22 Oktober 2022. Tim peneliti Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute Abdul Malik Fadjar mengikuti The 14th Annual 2022 Indonesia Focus Conference bertajuk Bridging the Gap Across Inequalities.
Kegiatan yang diselenggarakan secara daring ini, bertempat di University of Pittsburgh, Amerika Serikat. Pada konferensi internasional tersebut, tim peneliti RBC Institute memaparkan sebuah risalah penelitian bertajuk, “Abdul Malik Fadjar’s Notion of the Philosophy of Education and the Context of the Technological Revolution 4.0.”
Konferensi ini diikuti oleh berbagai peneliti internasional, antara lain dari Thailand, Iran, Amerika Serikat, dan Indonesia. Direktur Riset Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute Abdul Malik Fadjar, Hasnan Bachtiar, adalah salah satu penulis paper yang dipresentasikan dalam konferensi tersebut
Dia mengatakan, keikutsertaan RBC Institute dalam konferensi ini adalah untuk mendorong internasionalisasi ide dan gagasan Pak Malik Fadjar. Sebab, menurutnya, “Perspektif dan ide Pak Malik itu sangat relevan dengan kondisi kekinian, sehingga harus diteliti dan didiskusikan di level global.”
Sementara itu, Subhan Setowara, Direktur Eksekutif RBC Institute Abdul Malik Fadjar, yang juga penulis paper yang dipresentasikan pada konferensi yang sama, menyebut ide-ide pendidikan Malik Fadjar tidak kalah mentereng dari para pemikir pendidikan lainnya.
“Ibarat pena, Pak Malik adalah tinta yang tak pernah habis,” ujarnya sebagaimana yang tertulis di dalam risalah penelitiannya.
Dia melanjutkan, “Guru adalah jiwa Pak Malik. Penghayatan terhadap filosofi guru menjadikannya seorang guru yang sebenar-benarnya guru.” Hal ini, sambungnya,menunjukkan, Malik Fadjar tidak hanya pemikir, tetapi juga pendidik sejati. Dia menegaskan, kepakaran dan jiwa keguruan Malik Fadjar itulah yang menginspirasi tim peneliti RBC Institute untuk mengangkat ide pendidikannya di level global.
Hasnan Bachtiar mengupas filsafat pendidikan Malik Fadjar yang mengedepankan semangat kemanusiaan dan berpijak pada landasan etis dan bervisi jangka panjang. Ia mengatakan Malik Fadjar selalu mendorong anak-anak muda untuk tidak hanya terlibat dalam dialektika keilmuan secara teoritis, tetapi juga terjun dalam pergerakan.
“Maksudnya, agar ilmu yang kita miliki, mampu mendorong adanya transformasi sosial menuju kepada segala kondisi yang lebih baik. Dengan kata lain kesarjanaan itu memerlukan follow-up aktivisme sosial yang berkemajuan,” terangnya.
Pada konteks ini, dia melanjutkan, filsafat pendidikan Malik Fadjar tidak hanya mengedepankan keterampilan kognitif, tetapi juga bagaimana keterampilan kognitif tersebut mampu mewujud dalam gerakan sosial yang membutuhkan keterampilan psikomotorik. Lebih lanjut, katanya, gerakan sosial itu pun tidak bisa sebatas aktivisme biasa, tetapi sebuah gerakan yang harus dilandasi nilai-nilai spiritual dan etika luhur, sebab itulah fungsi utama pendidikan.
Selain itu, filsafat pendidikan Malik Fadjar adalah tentang bagaimana pendidikan harus memikirkan kebutuhan anak didik di masa depan. Hasil riset tersebut menyebutkan paling tidak ada empat keterampilan penting yang harus dimiliki oleh anak-anak muda Indonesia.Yakni kemampuan menjadi pembelajar, kemampuan literasi, kemampuan bertahan hidup, dan kemampuan mengasah kebijaksanaan. Menurutnya, dalam situasi kebangsaan dan keumatan yang terus bergerak ini, keempat keterampilan tersebut begitu penting sebagai pendamping anak-anak muda, tidak hanya menjadi lebih cerdas, tetapi juga lebih bijak, baik, dan berbudi pekerti luhur.
Upaya internasionalisasi gagasan pendidikan Malik Fadjar ini semakin relevan setidaknya sebagai alternatif teori pendidikan. Seperti dicatat oleh Azhar Syahida, yang juga salah seorang penulis naskah penelitian tersebut.
“Paper ini menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan Malik Fadjar yang mengedepankan nilai-nilai humanis, progresif, nasionalis, dan futuristik sangat relevan sebagai salah satu alternatif pijakan nilai-nilai (postulat) dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia,” ujar Azhar Syahida.
Lebih-lebih, lanjutnya, Indonesia tengah mengejar puncak kejayaan sumber daya manusia pada 2045 nanti. “Semoga apa yang kami lakukan ini membawa manfaat,” katanya. (PWMU.CO)