Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (MTT PWM) Jawa Timur menggelar acara Sosialisasi Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) dan Pelatihan Hisab pada Sabtu dan Minggu, 24-25 Agustus 2024. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini diselenggarakan di Aula Pusdiklat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan diikuti oleh Tim Divisi Hisab MTT Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten/Kota se-Jawa Timur.
Acara ini dibuka oleh Ketua MTT PWM Jatim, Dr. Achmad Zuhdi DH, M.Fil.I., yang dalam sambutannya menekankan pentingnya kontribusi dan dedikasi dalam kegiatan tarjih. "Siapapun yang tidak memberikan sesuatu yang layak, orang itu tidak akan mendapat perhatian," ujarnya. Ia melanjutkan, "Kita bagian dari tarjih Jatim yang sudah bersedia menjadi keluarga tarjih, memberikan perhatian kepada tarjih dan menyisihkan sebagian waktu untuk aktif dalam tarjih."
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Prof. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si., yang menyoroti peran strategis KHGT dalam upaya meminimalisir perdebatan di masyarakat terkait penentuan hari raya Islam. Dengan nada bercanda ia mengatakan, "Penentuan hari raya perbedaan satu hari, namun besoknya makan bareng." Sulistyaningsih menekankan pentingnya pemahaman hasil Tajdid KHGT oleh seluruh pimpinan, khususnya MTT. "Letak strategis KHGT yaitu terkait KHGT bisa jadi di luar sana tidak realistis, masa iya akan bisa diterapkan global se-dunia, justru itulah pentingnya KHGT," pungkasnya.
Pemateri inti dalam acara ini adalah Drs. Muhammad Sarif, M.Ag., seorang ahli Ilmu Falak sekaligus Dosen Prodi Hukum Keluarga Islam Fakultas Agama Islam UMM. Sarif menyampaikan materi tentang Implementasi Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) dan permasalahan penentuan awal bulan Qamariyah. Ia juga membahas kesepakatan 130 peserta kongres penyatuan kalender Hijriyah Internasional yang dikenal dengan konsep One Day One Date.
Dalam presentasinya, Uts Sarif mengidentifikasi dua faktor utama yang menjadi tantangan dalam penyatuan kalender Hijriyah global. Pertama, cara berpikir inward looking yang hanya fokus pada penyatuan lokal, seperti di Indonesia saja. Kedua, kuatnya masyarakat Muslim di berbagai belahan dunia yang masih berpegang teguh pada prinsip rukyat atau pengamatan hilal secara langsung.
Tujuan utama diselenggarakannya acara ini adalah untuk mensosialisasikan konsep KHGT kepada para peserta dan meningkatkan pemahaman mereka tentang metode hisab dalam penentuan awal bulan Qamariyah. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkuat koordinasi antar tim hisab di Jawa Timur dalam mengimplementasikan KHGT.
Lebih jauh, sosialisasi dan pelatihan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam upaya menyatukan penanggalan Islam, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga global. Dengan adanya pemahaman yang lebih baik tentang KHGT, diharapkan dapat mengurangi perbedaan dalam penentuan awal bulan Hijriyah yang sering kali menimbulkan kebingungan di masyarakat.
Pelatihan hisab yang diberikan dalam acara ini juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Tim Divisi Hisab MTT PDM se-Jawa Timur dalam melakukan perhitungan astronomi untuk penentuan awal bulan Qamariyah. Hal ini penting mengingat metode hisab merupakan salah satu komponen kunci dalam implementasi KHGT.
Melalui acara ini, MTT PWM Jawa Timur berupaya membangun kesadaran akan pentingnya penyatuan kalender Hijriyah, tidak hanya untuk kepentingan ibadah, tetapi juga untuk aspek sosial dan administratif umat Islam. Implementasi KHGT diharapkan dapat menjembatani perbedaan metode penentuan awal bulan yang selama ini menjadi sumber perdebatan di kalangan umat Islam.
Dengan adanya sosialisasi dan pelatihan ini, diharapkan terjadi peningkatan pemahaman dan keterampilan peserta dalam hal hisab dan KHGT. Hal ini pada gilirannya dapat membantu mengurangi perbedaan dalam penentuan awal bulan Hijriyah di tingkat lokal maupun global, serta mendorong terciptanya kalender Hijriyah yang dapat diterima secara luas oleh umat Islam di seluruh dunia.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Muhammadiyah, khususnya Majelis Tarjih dan Tajdid, dalam memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu falak dan penanggalan Islam. Dengan pendekatan yang memadukan aspek ilmiah dan syar'i, Muhammadiyah terus berupaya menjembatani tradisi dan modernitas dalam konteks penanggalan Islam.